Ads Left

Waspada! Ini 7 Tanda Kamu Terjebak Dalam Toxic Relationship

Tanda Kamu Terjebak Dalam Toxic Relationship

Bukan rahasia umum lagi bahwa tiap hubungan mengalami pasang surut.
Tapi, bagaimana jika hubunganmu justru mengalami lebih banyak zona “surut” daripada “pasang”? Kamu sepertinya patut waspada. Kamu mungkin terjebak dalam toxic relationship.

Terlalu sering orang-orang dengan mudahnya mengabaikan tanda-tanda toxic relationship dan menganggap itu sebagai hal yang normal, kemudian berdalih bahwa konflik dan perdebatan di dalam sebuah hubungan asmara adalah hal yang lumrah.

Memang, kedua hal tersebut bukan hal yang aneh, tetapi bagaimana jika keduanya terjadi hampir sepanjang waktu?
Kalau kamu merasa mungkin saat ini kamu berada dalam toxic relationship, perhatikan kemunculan tanda-tanda di bawah ini

1. Kamu tidak merasa bahagia dengan pasanganmu

Ada hari ketika kita merasa sedih, emosional, dan lelah karena hubungan kita; tetapi jika hari-hari yang dipenuhi dengan perasaan negatif tersebut menggambarkan sebagian besar hari-hari yang kamu jalani bersama pasangan, dan kamu tampaknya selalu berjuang keras untuk menemukan kebahagiaan dalam hubunganmu, maka ini adalah tanda kamu terjebak dalam toxic relationship.

Hubungan percintaanmu dengan si do’i seharusnya membuat kamu bahagia, tersenyum ceria dan, secara umum, membuat kamu merasa lebih baik. Apabila kamu merasa tidak senang ketika kamu memikirkan soal hubungan asmaramu, maka ini adalah pertanda dari adanya masalah yang lebih besar berakar di dalam hubungan tersebut.

2. Tiap pembicaraan selalu melibatkan pertentangan

Adalah hal yang wajar apabila hubungan antar individual tidak bisa terlepas dari yang namanya pertengkaran, terlebih lagi di dalam hubungan percintaan.

Banyak yang mengatakan bahwa konflik di dalam hubungan percintaan ibarat “bumbu” yang menambah manis-asamnya hubungan itu sendiri. Sayangnya, ini tidak benar sama sekali, lho.

Pertengkaran antar pasangan seringkali justru menimbulkan sakit hati. Inilah mengapa pakar percintaan menyarankan supaya para pasangan berkomitmen untuk saling menjaga perasaan masing-masing.
Namun, itu tidak semudah membalikkan telapak tangan.

Coba ingat kapan terakhir kali kamu cekcok dengan si do’i. Kamu bisa saja merasa keberatan dengan suatu opini yang dia sampaikan, yang kemudian menimbulkan perdebatan kecil namun berakhir dengan “maaf” dan “aku cinta kamu”. Tapi, saat kamu bertengkar hebat dengannya, jarang sekali itu bisa berujung pada akhir yang baik.

Jika kamu tidak bisa mengobrol dengan pasanganmu tanpa berujung pada pertengkaran, ini menjadi pertanda besar lainnya dari toxic relationship.

3. Tertutup dengan perasaan masing masing

Bagaimana kamu menjawab ketika pasanganmu menanyakan “apa kabar”? Apa kamu cenderung menghindari percakapan ringan seperti ini karena kamu enggan berbagi perasaan dengan si dia?

Apakah itu karena diam-diam kamu tahu bahwa pasanganmu memiliki kebiasaan buruk untuk mengolok-olok perasaanmu seolah-olah itu adalah hal yang konyol baginya?

Apabila kamu menjawab “ya” untuk pertanyaan di atas, bisa dipastikan bahwa kamu terjebak dalam toxic relationship.

Baca juga: Apa itu Generasi Sandwich? Berikut 3 Ciri-Ciri Generasi Sandwich

Di dalam sebuah hubungan yang sehat, kamu harusnya bisa merasa percaya diri untuk mengkomunikasikan perasaanmu dengan pasangan, serta meyakini bahwa tiap pendapat dan kepercayaanmu akan didengar dan dihormati.

4. Kamu susah mengatakan “tidak”

Berani mengatakan “tidak” kepada orang lain adalah kunci sukses dalam membangun sebuah hubungan yang sehat, bahkan untuk hubungan asmara sekalipun.

Dengan berani mengatakan tidak, kamu sejatinya telah menghadiahkan “kemerdekaan” untuk dirimu sendiri dan memungkinkan kamu untuk lari dari situasi berbahaya yang mengancam keselamatanmu.

Dalam kebanyakan hubungan, hal ini bisa sesederhana mengatakan “tidak” untuk undangan makan malam dari teman SMA yang sudah lama tidak kamu temui, karena kamu lelah dengan tugas-tugas yang menumpuk di kantor, dan kamu lebih memilih untuk tinggal di rumah dan beristirahat.

Atau, mungkin dengan mengatakan “tidak” pada ajakan pasangan untuk berkencan di akhir pekan karena, gampang saja, kamu sedang tidak mood.
Tapi itu bisa menjadi hubungan yang toxic ketika kamu merasa seolah kamu susah mengatakan “tidak” karena takut akan respon yang diberikan oleh pasanganmu.

5. Merasa was-was hampir setiap saat

Apakah belakangan ini kamu merasa harus memastikan suasana hati si do’i terlebih dahulu sebelum kamu mengobrol dengannya?
Atau, apakah kamu merasa jika kamu mengatakan sesuatu atau melakukan kesalahan terkecil sekalipun, dia akan mengamuk begitu saja?
Merasa was-was hampir setiap waktu bukanlah perasaan yang menyenangkan. Ini juga menjadi bukti nyata bahwa hubungan percintaanmu telah berubah menjadi toxic relationship.

Ingat, ada perbedaan besar antara “tidak ingin mengecewakan seseorang” dan “takut bahwa kamu akan mengatakan hal yang keliru dan membuat pasanganmu emosi”. Reaksi yang si do’i berikan atas tiap tindakanmu seharusnya tidak menjadi kesalahanmu, dan kamu juga tidak perlu merasa tertekan karenanya.

Rasa takut adalah perasaan beracun yang bisa membahayakan keutuhan suatu hubungan.

6. Kamu merasa tidak didengar

Hubungan yang sehat tercipta berkat kesetaraan tiap individual yang terlibat di dalamnya.
Itu berarti bahwa kamu dan pasangan memiliki derajat yang sama; tidak ada yang lebih tinggi ataupun lebih rendah. Pikiran, perasaan, kepercayaan, aspirasi dan tujuan masing-masing, kesemuanya harus didengar dan diakui.

Kalau kamu merasa seolah-olah kamu tidak didengar, dan hubunganmu terasa seperti kisah percintaan sepihak, maka ini bisa menjadi pertanda dari sesuatu yang lebih buruk. Toxic relationship diawali dengan adanya ketidakpuasan dari salah satu pihak, dan ini adalah sebuah tanda tak kasat mata yang perlahan-lahan bisa berkembang menjadi sesuatu yang lebih berbahaya.

7. Kamu sudah tidak peduli lagi

Jika kamu sudah mencapai satu titik di mana kamu tidak lagi peduli dengan semua yang terjadi di antara kamu dan pasanganmu, kemungkinan besar kamu terjebak dalam toxic relationship. Ini berbahaya bukan cuma untuk hubungan kamu saja, tetapi juga untuk kebahagiaan dan kesejahteraanmu sendiri, lho.

Pada dasarnya, semua jenis hubungan antar manusia membutuhkan usaha 100% dari kedua belah pihak. Ini bukan sesuatu yang bisa kamu dapatkan dengan berusaha setengah-setengah, lalu mengharapkan untuk memiliki sebuah hubungan yang bahagia dan harmonis.

Itu sepenuhnya hakmu untuk memilih apakah kamu bersedia untuk berusaha dengan sepenuh hati atau tidak. Dan kalau itu adalah si do’i yang memilih untuk mencintai kamu dengan setengah hati, itu adalah pilihannya. Sangat disesalkan memang, tapi kamu tidak bisa mengubah pendiriannya.

Hubungan di mana salah satu pihak tidak lagi peduli dengan yang lainnya adalah hubungan yang toxic. Bukan cuma kamu saja, pasanganmu juga berhak berada dalam hubungan yang sehat dan bahagia di mana kalian berdua sama-sama bergairah untuk memberikan yang terbaik demi satu sama lain.

Sumber gambar: Vera Arsic (pexels.com)

Check Also

9 Tips Work From Home agar Tetap Produktif di Tengah Pandemi

Selama pandemi COVID-19, perusahaan-perusahaan diwajibkan untuk menerapkan kebijakan work from home (kerja dari rumah) bagi …

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Ads Left