
Mengurangi jumlah pekerja merupakan hal yang wajar dilakukan suatu perusahaan agar tetap bertahan di tengah kondisi seperti ini. Hal ini juga menjadi tantangan terbesar yang dihadapi para pelaku usaha di masa pandemi. Permintaan produk/barang yang berkurang akibat daya beli masyarakat yang rendah, selalu memaksa pelaku usaha melakukan pengurangan karyawan.
Ketika beberapa usaha mikro hingga perusahaan besar sekalipun banyak merumahkan karyawan, namun lain halnya dengan usaha kecil dan menegah (UKM) ini justru muncul dengan seni bertahan yang dimilikinya tanpa pengurangan karyawan. Seni bertahan yang saat ini di lakukan saat pandemi oleh UKM ini adalah terus melakukan inovasi, pantang menyerah, dan bekerja dari hati.
UKM Rajutan Nyonya merupakan salah satu UKM yang selamat dan dapat bangkit di masa pandemi dengan menerapkan seni bertahan ini. Sentra UKM Rajut ini berada di Perum Dolog Indah nomor 15, Tlogosari Wetan, Pedurungan. Pemilik dari UKM Rajutan Nyonya ini bernama Ratih Setya. UKM yang sudah berdiri sejak tahun 2014 ini awalnya berkecimpung dalam pembuatan karya rajutan seperti bros, tas, dompet, taplak meja, dan lainnya. Dalam usahanya Ratih melibatkan ibu rumah tangga dan lansia yang dapat merajut sebagai pekerjanya.
Sejak Indonesia terkena pandemi diawal tahun 2020 UKM yang dijalankan oleh Ratih ini melakukan banyak inovasi. Salah satu inovasinya yaitu membuat masker dengan rajutan. Hal ini didasari kebutuhan masyarakat akan ketersediaan masker. Seperti yang kita ketahui awal-awal pandemi melanda Indonesia masker medis (masker sekali pakai) sempat mengalami kelangkaan dan harganya sangat mahal. Masker ini adalah solusi dari kebutuhan masyarakat untuk melindungi diri dari resiko tertularnya virus.
Masker yang ia buat pun terdiri dari macam-macam model dan bahan. Masker ini dapat terbuat dari kulit, tenun troso, atau bahkan songket. Dengan keahlian karyawan dalam merajut dan inovasi dari Ratih, masker ini memiliki banyak motif-motif yang menarik. Flora, fauna, bunga, dan wayang merupakan motif yang paling populer dalam masker rajut ini.
Menurut Ratih, kunci bertahan di masa pandemi bagi pelaku usaha adalah harus selalu melakukan inovasi, agar produk/jasa yang ditawarkan kepada konsumen dapat mengikuti perkembangan jaman dan kebutuhan konsumen, selain itu pelaku usaha juga harus pantang menyerah dan tidak putus asa menghadapi pandemi, setiap karya/produk harus diciptakan dengan melihat terobosan-terobosan baru dan dikembangkan agar sesuai dengan pasar.
Sama halnya dengan UKM Rajutan Nyonya, UKM Super Roti yang berada di jalan Fatmawati nomor 91, Kota Semarang ini berhasil bertahan dari memberhentikan karyawan. UKM dengan produk unggulan roti bekatul milik Ismiati ini bisa bertahan karena mempertahankan ciri khas produk unggulannya.
Baca juga: Bisnis Wastafel Portabel Selamatkan Korban PHK Saat Pandemi
Inovasi yang dilakukan UKM ini adalah mengikuti permintaan konsumen terkait rasa dan varian produk bekatul miliknya. Menurutnya, selama pandemi ini roti bekatul justru lebih tinggi peminatnya dibandingkan dengan roti tepung terigu, karena orang pada masa pandemi lebih mencari apa yang dibutuhkan untuk kesehatan bukan apa yang diinginkan.
Ismiati memilih tidak mengurangi 22 karyawannya karena kondisi saat ini sedang sulit dan ia mengajak karyawannya untuk bersama-sama menghadapi lesunya roda perekonomian. Ia memilih menginovasikan harga jual produk-produk unggulannya menjadi setengah harga biasa, daripada mengurangi jumlah karyawannya. Ia selalu menyemangati karyawannya agar terus optimis menghasilkan produk dari hati.
Menurut Ismiati, dengan kita membuat produk yang unggul konsumen akan puas dan selalu mencari produk-produknya. Tak main-main usahanya ini telah berhasil menembus pasar internasional.
Selain Ismiati, UKM Anindya Batik yang beralamatkan di Jalan Kedungmundu, Semarang yang dikelola oleh Lisa Farida ini berhasil bangkit di tengah masa pandemi. Awalnya UKM ini sempat terjatuh dan berhenti selama awal pandemi. Pada saat itu Anindya Batik tidak mendapatkan satu pun pesanan baju batik, bahkan hingga 11 pameranpun ia tidak mendapatkan penjualan. Namun UKM yang membina kawan difabel ini akhirnya bangkit setelah berinovasi dengan membuat masker batik.
Lisa menuturkan, pada awalnya masker batik ini merupakan pesanan salah satu customernya di Surabaya, akan tetapi karena banyak mendapat respon yang positif, akhinya ia dan karyawannya terus memproduksi masker ini. Pesanan masker ini memacu semangat Anindya Batik untuk memproduksi masker secara massal.
Lisa tidak hanya berhasil tidak melakukan pengurangan pekerja, justru ia berhasil menampung lebih banyak karyawan difabel. Hampir 10 orang difabel yang ia pekerjakan. 10 orang difabel ini adalah pekerja pabrik sepatu dan instrusi konveksi yang dirumahkan karena pandemi. Inovasi memang bisa membuat bangkitnya suatu usaha. Tidak hanya menyelamatkan pelaku usaha, inovasi juga dapat menyelamatkan para pekerja dari pemutusan hubungan kerja, bahkan dapat membuat lapangan pekerjaan baru.
Sumber gambar: jatengprov.go.id