
Galih, begitu sapaan pria berumur 27 tahun ini. Ia merupakan salah satu sosok entrepreneur muda yang sukses dan cukup inspiratif. Pria yang memiliki perawakan gagah dan murah senyum ini sudah merintis usahanya sendiri dimulai sejak duduk dibangku kuliah. Mulai dari usaha makanan kaki lima sampai coffee shop sudah pernah ia jalani.
Awal mula ia merintis usahanya ia membuka chinese food kaki lima pada saat kuliah di semeter dua. Walau pun usahanya hanya bertahan selama 8 bulan dan bangkrut, ia tidak menyerah.
Justru dari kegagalannya ini lah ia banyak belajar banyak hal dalam dunia usaha. Setelah mengalami chinese food kaki limanya bangkrut Galih tidak pantang menyerah dalam menjalani berbagai usaha. Berbagai usaha selama kuliah sempat dilakoninya, salah satunya adalah berjualan tas sampai aksesoris handphone secara online juga ia tekuni. Namun tentu saja ia merasa hasil yang didapatkannya belum bisa dibilang sukses.
Tekadnya untuk menjadi pengusaha tidaklah padam. Sambil kuliah ia bekerja paruh waktu di sebuah gerai kopi ternama di Yogyakarta. Selain untuk menambah uang saku yang lumayan jumlahnya untuk anak kuliah ia juga dapat belajar banyak hal tentang membuka usaha dari tempat kerjanya tersebut.
Ia berfokus untuk mempelajari sistem usaha, cara berjualan yang benar, hingga mempelajari gesture dan intonasi serta meningkatkan penjualan yang benar. Hal ini membuatnya menerima penghargaan Award Personal Penjualan Se-Jawa Tengah, karena pembawaannya yang ramah dan disukai oleh customer. Ini merupakan sebuah prestasi tersendiri bagi dirinya yang masih duduk di bangku kuliah pada saat itu.
Semester akhir perkuliahannya ia bekerja sama dengan beberapa temannya untuk membuka cafe. Namun, Galih merasa belum puas akan hal itu dan memutuskan untuk keluar dari kerja sama tersebut. Akan tetapi Galih tidak kapok dan patah semangat untuk menjadi seorang pengusaha.
Kegagalan demi kegagalan yang ia hadapi selalu ia jadikan bekal pembelajaran bagi perjalanannya dimasa yang akan datang. Jika setelah lulus banyak dari teman-temannya yang mencari dan melamar pekerjaan ke berbagai perusahaan, lain halnya dengan Galih. Jiwa entrepreneurnya selalu tumbuh dan semakin menggebu-gebu.
Akhirnya setelah lulus kuliah ia mendirikan sebuah Coffee Shop di Kota Yogyakarta. Berbekal beberapa kegagalan menjalankan bisnis sebelumnya dan ilmu yang ia dapatkan selama menjadi pekerja paruh waktu di sebuah coffee shop membuat usahanya sedikit demi sedikit membuahkan hasil.
Ia menjalankan Coffee Shop miliknya dengan suntikan dana dari investor. Ilmu management yang diperolehnya di bangku kuliah menambah kesuksesannya dlam menjalankan bisnisnya.
Coffee shop yang ia dirikan bernama Ethikopia. Hampir sebagian besar anak muda di Yogyakarta mengenal coffee shop yang ngehits ini. Tempat untuk berkumpul yang nyaman, staffnya yang ramah dan rasa kopinya yang enak dengan harga terjangkau membuat beberapa konsumen selalu kembali ke Ethikopia. Hanya dalam waktu 3 tahun saja Ethikopia telah sukses menjadi coffee shop terlaris di Yogyakarta.
Setelah kesuksesannya dengan Coffee Shop Ethikopia, Galih tidak serta merta berpuas diri. Ia selalu belajar dari apa yang sudah dan sedang terjadi dan berusaha mengembangkan usahanya.
Demikian juga saat pandemi Covid-19 masuk ke Indonesia, mengancam banyak jiwa dan meluluh lantakkan banyak sektor usaha. Usaha-usaha di bidang pariwisata, perhotelan, mall dan kuliner tiba-tiba sepi.
Coffee shop miliknya pun mengalami penurunan penjualan sebesar 80%, sementara ia memiliki karyawan yang tetap harus bekerja dan harus ia gaji. Galih tidak tinggal diam, ia terus memutar otak usahanya agar tetap dapat bertahan di tengah pandemi.
Bagi sebagian orang pandemi sama saja seperti jam pasir yang akan mematikan usaha. Namun bagi sebagian yang lain pandemi berarti dituntut kreatif untuk menciptakan produk baru.
Galih termasuk salah satu orang yang kreatif dan mencoba bertahan di saat pandemi. Saat bisnis cafenya sepi ia mencoba menciptakan produk baru yang tetap laku tanpa harus makan di tempat.
Ia menciptakan nasi berbumbu rempah yang ia namakan “Nasi Bumbu Rempah Nasihat”. Selain sebagai langkah agar bertahan di tengah badai pandemi, ia mewujudkan salah satu cita-cita dari almarhum ayahnya yaitu mendirikan rumah makan.
Galih berhasil mempekerjakan 3 pegawai dalam 1 outlet. Meskipun baru seumur jagung, usaha barunya ini sudah diterima baik oleh masyarakat dan mendapatkan pelanggan setia. Salah satu pelanggannya adalah sebuah hotel di Yogyakarta.
Selain itu ia juga sudah menjadi langganan catering untuk acara-acara di salah satu kampus di Yogyakarta. Hal ini tentu saja tidak terlepas dari strategi marketing Galih beserta Timnya.
Galih pun sangat mengikuti perkembangan jaman saat memasarkan produknya. Ia melakukan pemasaran melalui media sosial seperti Instagram, TikTok, dan Twitter yang sedang memiliki banyak pengguna terutama dari kaum milenial.
Baca juga: Digital Marketing Untuk UMKM, Mengapa Tidak?
Selain dapat datang langsung ke outlet, pelanggan juga dapat memesan Nasi Bumbu Rempah Nasihat ini dengan cara delivery.
Galih merupakan salah satu contoh inspirasi anak muda yang tak kenal lelah mengejar cita-citanya. Mungkin pepatah “habiskan jatah gagalmu selagi muda” adalah motivasi Galih agar terus mencoba, belajar, dan tekun dalam melakukan usaha.
Semangat yang pernah padam Galih bercita-cita agar usaha barunya ini mempunyai 25 outlet dalam 2 tahun ini. Galih adalah salah satu contoh anak muda kreatif yang bisa tetap bertahan di musim pandemi dan membuat produk baru.
Sumber gambar: bisnismuda.id