
Pandemi Covid-19 yang melanda Indonesia sejak awal tahun 2020 menyebabkan finansial perusahaan melemah yang berimbas terhadap banyaknya pekerja yang mengalami PHK (pemutusan hubungan kerja). Hal ini menjadi ketakutan terbesar hampir seluruh pekerja di Indonesia.
Beberapa orang di Dusun Paten, Desa Tridadi, Kecamatan Sleman juga mengalami hal yang sama. Mereka dirumahkan karena dampak pandemi Covid-19. Kondisi yang dialami oleh beberapa orang di dusunya ini mengetuk hati Agus Kholik. Ia kemudian mengajak mereka untuk bekerja membuat wastafel portabel.
Ide membuat wastafel ini muncul dari kebiasaan orang-orang yang berubah untuk memutus rantai penyebaran virus covid-19 dengan cara mencuci tangan menggunakan sabun.
Mencuci tangan ini pun menjadi salah satu protokol kesehatan yang diterapkan mulai dari gedung perkantoran, pusat perbelanjaan, pasar, kantor administratif pemerintahan, hingga rumah makan dan tempat ibadah. Maka dari itu, tiap tempat-tempat tersebut atau fasilitas umum pasti dilengkapi dengan wastafel untuk mencuci tangan.
Wastafel portabel ini merupakan sebuah terobosan baru disaat pandemi seperti ini. Wastafel ini berukuran kecil dan mudah dipindahkan dari satu tempat ketempat lainnya. Selain itu dapat menggantikan wastafel pada umumnya yang masih menggunakan keran tangan untuk mengeluarkan air. Pasalnya wastafel ini menggunakan pedal injak sebagai penganti kran pada umumnya. Tentu wastafel portabel ini meminimalisir sentuhan tangan antar pengguna wastafel.
Umumnya setelah mencuci tangan dengan sabun, kita harus menyentuh keran untuk mematikan air. Saat pandemi seperti ini hal tersebut menjadi resiko karena dapat menyebarkan virus covid-19, apalagi jika wastafel ini berada di fasilitas umum yang digunakan banyak orang.
Akan tetapi, dengan inovasi ini kita tidak perlu gelisah akan hal tersebut. Menurut Agus, sebenarnya tempat cuci tangan tanpa harus menyentuh memang sudah ada tapi menggunakan sensor seperti di hotel berbintang 5 atau di bandara, tetapi karena menggunakan teknologi yang lebih canggih yaitu sensor harganya menjadi cukup mahal sehingga tidak banyak yang memilikinya.
Agus Kholik kemudian mencoba membuat rancangan wastafel portabel ini. Akhirnya tercetus ide wastafel dengan sistem pedal di bagian bawah untuk membuka dan menutup keran.
Uji coba untuk sistem tersebut diakuinya cukup lama sebab Agus tidak memiliki latar belakang dibidang teknik. Waktu uji coba ini setidaknya memakan waktu sekitar satu bulan hingga sistem yang digunakan benar-benar sempurna. Bahan yang digunakan untuk wastafel portabel ini cukup mudah dicari. Agus Kholik menggunakan besi steel dan papan plastik atau alumunium. Kemudian untuk kerannya menggunakan keran penyemprot tanaman.
Baca juga: Manfaatkan Digital Marketing, Pedagang Kelapa sukses Pertahankan Usaha dimasa Pandemi
Setelah jadi, Agus mencoba memasarkannya memalui media sosial dan respon masyarakat sangat positif dengan keberadaan wastafel portabel ini.
Harga per unit dari wastafel portabel ini cukup terjangkau, berkisar antara Rp 750.000.
Harga juga tergantung dari permintaan klien untuk bahan yang digunakan. Menurut Agus, klien biasanya memiliki permintaan khusus seperti bahan besi yang besar, bahan penutup yang terbuat dari bahan alumunium atau plastik, serta ukuran dari wastafel portabel ini.
Dalam sehari, Agus dapat memproduksi hingga 15 unit. Sudah hampir 1.000 unit wastafel portabel yang terjual sampai saat ini. Pembeli tidak hanya berasal dari Yogyakarta, tetapi juga datang dari luar kota seperti, Bandung, Jakarta, Semarang, dan Solo.
Pembelinya pun berasal dari banyak kalangan dan kebutuhan, ada yang membeli perorangan, ada pula yang membeli dari instansi. Usai model wastafel portabel buatannya diunggah di media sosial banyak sekali orang yang mengembangkan ide cemerlang Agus ini.
Agus merasa senang dan tidak mempermasalahkan hal itu, karena tujuan dari pembuatan wastafel ini adalah turut mencegah mata rantai penularan virus Covid-19 dan digunakan untuk tujuan yang baik. Ia malah merasa senang karena inovasi buatannya dapat membantu banyak orang.
Baca juga: 5 ide bisnis terbaik di saat pandemi corona
Tidak hanya membantu dalam segi model wastafel, agus juga berhasil menyelamatkan beberapa warga dusunnya dari kehilangan penghasilan. Ia merasa iba saat melihat warga disekitar lingkungannya banyak yang kehilangan pekerjaan di usia produktif mereka. Menurut Agus, dalam pembuatan wastafel postabel ini tidaklah rumit dan dapat dilakukan siapa saja asalkan ada kemauan sehingga ia bisa mempekerjakan sedikitnya 15 orang dari lingkungan sekitarnya.
Warga yang bekerja membuat wastafel portabel ini merasa senang karena memiliki sumber penghasilan lagi setelah di PHK. Bahkan salah satu karyawannya menuturkan bahwa ia bisa mendapatkan hasil yang lebih besar daripada pekerjaan sebelumnya dengan membuat wastafel portabel ini.
Sumber gambar: kompas.com